Senin, 28 November 2011

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


A. TEORI BEHAVIOR

Teori behavior adalah teori utama yang mempengaruhi terhadap psikologi selama seabad ini. Sementara itu esensi dari teori belajar mengembangkan teori belajar yang lebih baik. Berbeda dengan dengan teori maturasi, teori behavior mempercayai nya kecuali untuk teori psikologi maturasi. Pengaruh terbaik terhadap perkembangan manusia yaitu didalam lingkungan. Menurut prespektif teori behavior adalah apa yang dipelajari oleh seseorang menggabungkan apa yang mereka pikirkan dan mengelaborasi pengalaman berjangka yang ditemuinya dalam pengaruh perkembangan individu nya. Ada empat orang yang mengembangkan teori ini yaitu : Ivan Pavlov, jhon B Watson. L Thorn Dhike and B.F Skinner.

Ivan Pavlov

Ivan pavlov menemukan Prinsip tentang pengkondisian saat hewan belajar. Dia menemukan anjing itu mengeluarkan air liur dan merespon terhadap makanan yang disediakan. Ketika bel berbunyi dalam waktu yang bersamaan maka makanan itu diberikan. Maka anjing itu mengeuarkan air liur dan merespon terhadap bunyi bel dengan sendirinya. Anjing itu memiliki hubungan terhadap bunyi bel dengan makanan dan meresponya dalam beberapa kesempatan.

Penggabungan stimulus baru dengan stimulus yang ada menimbulkan respon natural yang menjadi basis terhadap apa yang dia inginkan. Prinsip tersebut berlaku pada hewan atau manusia. Teori Classical Conditioning yang ditemukan Pavlov didasarkan pada tiga proses, yaitu : pertama penyamarataan (generalization) sebab respon dikondisikan dengan kehadiran stimulus yang sama melalui keluarnya air liur (anjing), kedua perbedaan untuk merespon (discrimination) apabila ada perangsang makanan kemulutnya, ketiga pemadaman (extinction) terjadi ketika stimulus disajikan berulang – ulang tanpa adanya stimulus berupa makanan

Kesimpulan dari percobaan Pavlov ialah apabila stimulus yang disediakan selalu disertai dengan stimulus penguat, stimulus tadi cepat atau lambat akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki dalam CR (Condicioned Reflex) atau reflek bersyarat. Skinner berpendapat bahwa percobaan Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda , yakni Law of Conditioning atau hokum pembiasaan dan law of Extinction atau hukum pemusnahan yang dituntut.

Jhon B. Watson

Jhon B. Watson dari amerika serikat ini mengaplikasikan prinsip pengkondisian respon terhadap perkembangan dan cara belajar anak, Watson telah mengembangkan ilmu pengetahuan tentang cara belajar masyarakat dibawah perbedaan kondisi lingkungan. Dia menciptakan istilah behavior untuk mengidentifikasi cara belajar mengajar melalui pengamatan tingkah laku dengan spekulasi mengenai struktur cara berpikir. Watson percaya dengan kontrol dan manipulasi lingkungan, sesuatu akan mempengaruhi cara belajar dan perkembangan individu. Dia mengembangkan basis teknologi dan teori tentang pengkondisian respon. Teknologi tersebut telah didesain untuk mengikuti perkembangan psikologi dalam rangka mengontrol kondisi lingkungan.[1]

Edward L. Thordike

Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan panca indra ( sense impression ) dengan impuls untuk bertindak ( impulse to action ). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan – kebiasaan. Oleh karena itulah, teori Thirndike disebut Connectionism atau Bond psychology.

Awal eksperimennya dilakukan dengan mempergunakan kucing. Setelah eksperimen terhadap kucing tersebut berhasil, diteruskanya dengan subjek lainya mulai anjing, ikan dan kera. Awalnya, dipilih kucing yang masing muda dibiarkan lapar, kemudian dimasukkan kedalam kotak ( puzzle box ) bentuk pintu kurungan dibuat sedemikian rupa sehingga jika kucing menyentuh tombol tertentu pintu kotak akan terbuka dan kucing dapat keluar dan mencapai daging yang ditempatkan diluar kotak sebagai penarik bagi yang lapar itu. Pada usaha pertama kucing belum terbiasa memecahkan problemnya, sampai kemudian menyentuh tombol dan perlu terbuka. Waktu yang dibutuhkan dalam usaha pertama agak lama. Percobaan yang sama dilakukan berulang – ulang.

Dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan ( trial and eror ), maka waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu makin singkat. Hal ini ditafsirkan Thorndike sebenarnya ia tidak mengerti cara membebaskan diri dari kotak itu, tetapi belajar mencamkan dan mempertaruhkan untuk siap berpikir ( Think trough ) mempertaruhkan respon yang benar dan menghilangkan respon yang salah.

Eksperimen diatas dihadapkan kepada situasi yang belum dikenal dan membiarkan subjek melakukan berbagai aktifitas untuk merespon situasi dan mencoba untuk beraksi sehingga dapat menemukan keberhasilan dalam membuat koreksi sesuatu dengan stimulusnya. Teori keneksionisme disebut juga S.R. Bond Theory and S.R. Psyochology atau terkenal dengan sebutan “ trial and error learning”.

Menurut Thorndike, dasar proses belajar pada hewan maupun pada manusia adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun pada manusia, mengacu pada tiga hukum belajar pokok, yaitu :

1) Law of readiness ialah reaksi terhadap stimulus yang didukung oleh kesiapan untuk bertindak dan bereaksi itu, reaksi itu menjadi memuaskan

2) Law of Exercise ialah hubungan stimulus respon apabila sering digunakan akan makin kuat melalui repetition ( Pengulangan )

a) Law of use; hubungan stimulus respon bertambah kuat jika ada latihan

b) Law of disuse; hubungan stimulus respon bertambah lemah jika latihan dihentikan.

3) Law of Effect ialah menunjukkan kepada makin kuat atau makin lemahnya hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang dilakukan[2]

Burrhus Frederic ( B. F ) Skinner ( 1904 – 1990 )

Skinner memberikan kontribusi terhadap psikologi pembelajaran dan teori perkembangan melalui kemampuanya praktek yang kontrofersi mengenai teori belajar untuk pendidikan, penyesuain diri dan masalah sosial. Skinner percaya pengertian tentang belajar lahir dari pengamatan langsung tentang perubahan tingkah laku anak untuk merubah dirinya didalam lingkunganya ( cara berpikir ). Kontribusinya termasuk menciptakan dan memperbaharui perangkat pembelajar seperti mesin pembelajaran dan pemrograman buku teks pada pertengahan tahun 1950.

Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku melalui proses belajar`tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul, yang biasanya disebut dengan Kondisioning operan ( operant condisioning ). Perilaku, seperti respon dan tindakan adalah sebuah yang secara sederhana menunjukkan apa yang diperbuat seseorang untuk situasi tertentu. [3]

Teori Skinner mempunyai pengaruh yang besar terhadap ranah pengembangan anak. Fungsi pengembangan ini bukan hanya terletak pada pengembangan fisiologis saja tetapi juga pengembangan pembelajaran yang lebih komplek. Perubahan pertumbuhan seorang individu anak terjadi sebagai hasil dari apa yang telah dikerjakan dalam kebiasaanya. Skinner menganjurkan kepada orang tua dan guru untuk selalu mendorong anak melalui :

1. Pembiasaan-pembiasaan perilaku anak sesuai yang di inginkan

2. Pengorganisasian perilaku yang di inginkan dan memberikan penguatan yang positif serta menghilangkan penguatan terhadap perilaku yang tidak di inginkan.

Prinsip – prinsip belajar menurut Skinner

reinforcement

Reinforcement didefinisikan sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku (frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcemen dalam pembelajaran perlu ditunjukkan. Karena kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konnsekuen adalah reinforce samapai terbukti bahwa konsekuen tersebut adalah reinforce yang dapat menguatkan perilaku. Contohnya adalah pemberian permen pada anaka kecil.

Punishment

Punishment adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasisituasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku.

Shaping

Istilah shaping digunakan dalam teori belajar behavioristik untuk menunjukkan pengajaran ketrampilan-ketrampilan baru atau perilaku-perilaku baru dengan memberikan penguatan kepada siswa untuk menguasai ketrampilan atau perilaku tersebut dengan baik. Misalnya mengajarkan anak kecil menata sepatu dengan rapi dengan cara menunjukkan caranya dengan benar dan membiarkan anak melakukanya sendiri.

Extinction

Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik reinformer yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi secara perlahan – lahan.

Antenseden dan perubahan perilaku

Dalam operant Condisioning, antenseden dapat memberikan petunjuk apakah sebuah perilaku akan mendapatkan konsekuen yang positif atau negative.Untuk menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, selain dengan memperhatikan konsekuen dapat juga digunakan antaseden-antaseden.

B. TEORI KONSTRUKTIVISME

Konstruktivisme adalah pengembangan dari teori belajar kognitif, yang dikembangkan oleh Jhon dewey, jean Piaget dan Lev Vygotsky. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan, hal ini menjelaskan tentang bagaimana anak itu merasa, berpikir, memahami dan belajar. Untuk itu intelegensi diartikan sebagai “proses untuk mengetahui”. Hal ini sama artinya dengan proses berpikir yang melibatkan operasional mental sebagai hasil dari tindakan mental dan fisik di dalam lingkungan. Terlibat secara aktif adalah dasar dari teori kognitif, melalui pengalaman langsung dengan dunia nyata, mengembangkan intelegen anak.konsep dasar lain termasuk adaptasi, skema, pembauran dan penyesuaian diri.[4]

Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat . Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).

Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.

Vygotsky percaya bahwa mental anak, bahasa dan perkembangan sosial anak akan berkembang melalui interaksi sosial. Hal ini berlawanan dengan prespektif piaget dimana perkembangan intelegensi dan bahasa dapat dilakukan secara mandiri. Menurut Vygotsky “ belajar adalah membangun keanekaragaman pengetahuan, hal itu adalah dari proses pengembangan proses yang hanya akan terjadi jika anak melakukan interaksi sosial dengan orang-orang dewasa dilingkunganya dan berkolaborasi bersama teman sebayanya, proses ini disebut internalisasi, setelah proses ini di internalisasi maka anak-anak akan menjadi anak-anak yang mandiri dilingkunganya.[5] Vygotsky percaya bahwa komunikasi atau dialog antara guru dan anak adalah sangat penting, hal ini bisa membantu anak untuk mengembangkan konsep berpikir mereka menjadi lebih tinggi.

C. TEORI EKOLOGI

Teori Ekologi dalam mengembangkan anak fokus kepada pengaruh lingkungan tempat anak tinggal dan berkembang. Teori ini berasumsi bahwa halus dan kasarnya lingkungan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Teori ekologi menggunakan informasi lingkungan tempat tinggal anak-anak untuk menggambarkan, mengorganisasi dan mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi.

Teori ekologi perkembangan anak menganggap bahwa seluruh anak adalah bagian dari organism yang dipengaruhi oleh elemen lingkungan. Urie bronfenbrenner (b.1917) memahami bahwa Ekologi pengembangan manusia adalah cara untuk mengetahui bagaimana manusia aktif, tumbuh dan berhubungan dengan lingkunganya. Dia berusaha memahami hubungan antara pengaturan langsung dalam mengembangkan anak dan hubungan yang lebih besar dari seting ini. Brofenbrenner fokus terhadap interpretasi ( pandangan pikiran ) anak kepada lingkungan mereka dan bagaimana interpretasi itu berubah.

Dalam menafsirkan perilaku anak, guru harus memahami bahwa persepsi anak adalah bagian dari aktifitas, peran dan hubungan yang terjadi dalam setting lingkungan. Dengan demikian, satu bagian dari lingkungan dapat berdampak pada seluruh bentuk sebagai pengembangunan anak dalam memaknai hal baru. Maka dari itu guru harus merancang bentuk pendidikan untuk mempengaruhi persepsi anak-anak dari lingkungan yang kaitanya dengan diri mereka sendiri.[6]

Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bronfebrenner ialah setting dalam mana individu hidup. Mikrosistem adalah yang paling dekat dengan pribadi anak yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan dan sebagainya yang sehari-hari ditemui anak. Dalam mikrositem inilah interaksi berlangsung dengan agen-agen sosial, misalnya; dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagai seseorang yang menolong membangun setting. Bronfrenbrenner menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus pada mikrosistem.

Mesosistem adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks misal hubungan orangtua-guru, orangtua-teman, antar teman, guru-teman, dapat juga hubungan antara pengalaman sekolah dengan pengalaman keluarga, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Misalnya anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para pengembang pendidikan semakin yakin pentingnya mengamati perilaku dalam setting kemajemukan ini untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan individu.

Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner adalah sistem lingkungan yang meliputi peristiwa-peristiwa anak yang tidak melibatkan interaksi secara langsung, tetapi meskipun begitu mempunyai pengaruh terhadap mereka.[7] Mereka dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain – dimana individu tidak memiliki peran yang aktif – mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Atau sederhananya menurut eksosistem melibatkan pengalaman individu yang tak memiliki peran aktif di dalamnya. Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua-anak. Maka diketahui bahwa eksosistem tidak langsung menyentuh pribadi anak akan tetapi masih besar pengaruhnya seperti koran, televisi, dokter, keluarga besar, dll.

Makrosistem meliputi kebudayaan yang lebih luas dimana anak hidup.[8] Kebudayaan mengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Studi lintas budaya – perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain – memberi informasi tentang generalitas perkembangan. Makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dll.

Kronosistem meliputi permulaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris. Misal, dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif sering memuncak pada tahun pertama setelah percaraian. Atau dengan mempertimbangkan keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan tampaknya sangat didorong untuk meniti karier dibanding pada 20 atau 30 tahun lalu. Kronosistem adalah konteks lingkungan dan peristiwa yang mempunyai pengaruh sepanjang waktu selama anak hidup.

D. TEORI AKTUALISASI DIRI

Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1890-1970. Semua gelar psikologinya diperoleh dari Universitas Wisconsin. Nama Maslow menjadi pembicaraan banyak orang terutama setelah ia meluncurkan buku keduanya Motivation and Personality pada 1954. Berbeda dengan teoritikus-teoritikus psikologi sebelumnya yang mendasarkan teorinya pada hasil penelitian mengenai orang-orang yang sakit jiwa, Maslow merumuskan teorinya dari hasil-hasil penelitiannya mengenai orang-orang sehat, kreatif, dan telah mencapai puncak-puncak prestasi. Ia banyak meneliti orang-orang besar zaman dulu dan yang sezaman dengannya semisal Abraham Lincoln, Albert Einstein, Joseph Hayden, dan Ralph W. Emerson.

Maslow menyebut dirinya sebagai orang yang berpandangan humanistik dalam psikologi. Pandangannya tentang manusia positif dan optimistik. Ia yakin bahwa manusia pada dasarnya baik, mempunyai potensi-potensi yang tak terukur untuk mencapai puncak tertinggi.[9]

Abraham Maslow mengembangkan teori motivasi yang disebut dengan teori Aktualisasi diri yang mendasarkan kepada kepuasan kebutuhan manusia. Maslow mengidentifikasi bahwa mengaktualisasi diri dan pemenuhan diri sebagai kebutuhan tertinggi manusia. Bagaimanapun, maslow mengatakan bahwa anak-anak dan orang dewasa tidak akan mencapai aktualisasi diri hingga kebutuhan dasar mereka terpenuhi, kebutuhan dasar tersebut adalah :

1. Kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman

2. Keselamatan dan keamanan

3. Memiliki dan mencintai

4. Prestasi dan martabat

5. Kebutuhan estetika

Kebutuhan pokok

Air dan makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus selalu dipenuhi, kita tahu ketika anak-anak lapar maka mereka akan kelihatan kurang baik di sekkolah. Bagi anak-anak yang berangkat ke sekolah tanpa sarapan dahulu maka mereka tidak akan mencapai belajar dengan baik dan susah berkonsentrasi. Maka karena alasan ini beberapa sekolah mengembangkan program penyediaan makanan dengan sarapan, makan siang dan makanan ringan sepanjang hari.

Keselamatan dan Keamanan

Keselamatan dan keamanan juga merupakan hal penting bagi kehidupan anak. Ketika anak-anak berpikir bahwa mereka tidak menyukai guru mereka maka anak-anak akan kelihata takut. Beberapa guru yang tidak menyadari hal ini mungkin akan bertanya “ bagaimana cara membuat mereka senang ? sebagai konsekuensinya maka anak-anak tidak akan mendapatkan hasil baik dalam belajarnya dan mereka akan menjadi anak yang takut bergaul dengan dengan orang lain.

Mencintai dan Memiliki

Merasa dicintai dan dimiliki ketika mereka di rumah dan disekolah juga menjadi bagian penting dari kebutuhan anak, hal ini diperlukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Seluruh anak-anak membutuhkan sikap yang ramah dari seorang guru, diantaranya guru bisa tersenyum, merangkul, kontak mata dan menjalin kedekatan. Karena merasa dicintai dan dimiliki merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak.

Penghargaan

Pengakuan dan persetujuan adalah penghargaan yang anak-anak butuhkan untuk menjadikan anak Sukses dan cakap dalam hidup mereka. Anak yang mandiri, mempunyai respon dan sukses dalam belajar akan mempunyai harga diri yang tinggi.

Estetika

Anak menyukai dan memberikan apresiasi terhadap keindahan, di kelas dan dirumah mereka ingin menjadi pribadi yang terlihat atraktif dan menyenangkan. Untuk itu seyogyanya kita bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka ini dengan cara kita berpakain rapi dan menyediakan hal-hal yang menyenangkan dikelas, seperti : tanaman, bunga-bunga, lukisan/gambar-gambar dan musik.

Ketika kebutuhan-kebutuhan dasar anak diatas sudah terpenuhi maka anak akan menjadi Pribadi yang Aktualis. Mereka akan memiliki pribadi yang puas dengan diri mereka ( percaya diri ), Antusias dan menjadi yang rajin dalam belajar.[10]



[1] Berbard Spodek, Olivia N. Saracho Right from the Start. Hal : 67

[2] Prof. Dr. H. Baharuddin. M.Pd.I. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. 2009. Hal : 165-167

[3] Drs. H. Baharuddin, M.Pd.I, Esa Nur Wahyuni, M. Pd. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta 2007. Hal 67

[4] George S. Morrison, Early Chilhood Education Today, hal : 113

[5] George S. Morrison, Early Chilhood Education Today, hal : 119

[6] Berbard Spodek, Olivia N. Saracho Right from the Start. Hal : 79

[7] George S. Morrison, Early Chilhood Education Today, hal : 129

[8] George S. Morrison, Early Chilhood Education Today, hal : 130

[10] George S. Morrison, Early Chilhood Education Today, hal : 124